contact

foxyform

Minggu, 09 September 2018

Cara Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis

3 cara mengembangkan kemampuan berfikir kritis

Hasil gambar untuk berpikir kritis

Berpikir kritis adalah seni menganalisis gagasan berdasarkan penalaran logis. Berpikir kritis bukanlah berpikir lebih keras, melainkan berpikir lebih baik. Seseorang yang mengasah kemampuan berpikir kritisnya biasanya memiliki tingkat keingintahuan intelektual (intellectual curiosity) yang tinggi. Dengan kata lain, mereka rela menginvestasikan waktu dan tenaganya untuk mempelajari segala fenomena yang ada di sekitarnya. Orang-orang semacam ini kerap dianggap skeptis, namun sebenarnya luar biasa cerdas. Tertarik mengasah kemampuan berpikir kritis Anda? Berikut kami sampaikan perjalanan yang harus Anda tempuh tidak sesederhana itu. Dibutuhkan ketekunan, kedisiplinan, motivasi, serta kemauan untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan Anda; dan tidak semua orang bisa melakukannya.

1.Mengasah Kemampuan Bertanya





a.Pertanyakan segala asumsi Anda. 

Disadari atau tidak, manusia kerap membuat asumsi terhadap hampir semua hal yang ditangkap panca indranya. Asumsi terbentuk setelah otak manusia memproses kepingan-kepingan informasi tertentu dan mendasari proses interaksi manusia dengan lingkungan sekitarnya. Bisa dikatakan, asumsi adalah fondasi kerangka berpikir kritis seseorang. Namun bagaimana jika asumsi tersebut salah atau tidak sepenuhnya benar? Jika itu terjadi, tentunya fondasi tersebut harus dibongkar dan dibangun ulang.
  • Apa yang dimaksud dengan mempertanyakan asumsi? Einstein mempertanyakan asumsi mengenai hukum gerak Newton yang dianggap bisa menjelaskan dunia ini secara akurat. Ia lantas merombak asumsi ini dan mengembangkan kerangka berpikir yang benar-benar baru melalui teori relativitasnya.
  • Anda juga bisa mempertanyakan asumsi dengan cara serupa. Mengapa Anda merasa perlu sarapan meski tidak lapar? Mengapa Anda berasumsi akan gagal meski belum mencoba?
  • Adakah asumsi-asumsi lain yang selama ini Anda telan mentah-mentah namun bisa saja runtuh jika dianalisis lebih jauh?
2.Jangan menelan informasi mentah-mentah jika Anda tidak tahu kebenarannya. 


Sama halnya dengan asumsi, manusia cenderung menilai kebenaran informasi berdasarkan sumbernya. Informasi dari sumber yang terpercaya (figur otoritas) akan langsung dianggap sebagai kebenaran, begitu pula sebaliknya. Meski lebih menghemat waktu dan tenaga, kebiasaan ini akan melemahkan kemampuan analisis Anda. Ingat, tidak semua informasi yang Anda terima dari figur otoritas (pemerintah, media massa, bahkan orang tua) benar adanya.
  • Gunakan insting Anda untuk menganalisis kepingan-kepingan informasi yang patut dipertanyakan. Jika Anda merasa penjelasan yang diberikan kurang memuaskan, mintalah pihak terkait memberikan penjelasan yang lebih detail. Jika Anda enggan atau tidak bisa menanyakannya langsung, bacalah berbagai sumber data yang relevan dan analisis sendiri kebenarannya. Jika ini terus-menerus dilakukan, dengan sendirinya Anda akan mampu memilah informasi mana yang perlu dan tidak perlu diteliti lebih jauh. Anda juga akan mampu menentukan kebenaran informasi berdasarkan penilaian yang Anda lakukan.
3.Pertanyakan hal-hal yang ada di sekitar Anda. 

Sebelumnya, Anda sudah belajar mempertanyakan asumsi dan informasi yang disampaikan oleh figur otoritas. Sekarang, Anda akan belajar untuk mempertanyakan... segalanya? Bertanya mungkin adalah tindakan paling esensial dalam proses berpikir kritis. Jika Anda tidak tahu harus menanyakan apa atau tidak menanyakannya meskipun ingin, sampai kapan pun Anda tidak akan mendapatkan jawabannya. Berpikir kritis adalah perihal mencari jawaban dengan cara yang elegan dan cerdas.
  • Bagaimana proses terjadinya ball lightning (fenomena bola bercahaya di langit)?
  • Bagaimana bisa ikan-ikan berjatuhan dari langit Australia?
  • Langkah apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kemiskinan global?
  • Bagaimana caranya menghentikan produksi senjata nuklir di berbagai belahan dunia?

0 komentar:

Posting Komentar