PRIDE HOMESCHOOLING

Jl.Markisa Blok A no. 11 Cinere Depok (021)754-555-8

PRIDE HOMESCHOOLING

Dengan mencari dan Berspekulasi maka kita akan belajar dan mendapatkan hal-hal yang baru

PRIDE HOMESCHOOLING

Jadikan buku adalah sahabat karibmu karena ia akan membimbingmu kearah kebaikan.

PRIDE HOMESCHOOLING

Pengetahuan akan membawa kita kepada kesempatan untuk membuat perbedaan

PRIDE HOMESCHOOLING

Menuliskan impian dan cita2mu secara tertulis terbukti membantu kamu untuk bisa mewujudkannya. So write down your dreams. Now!!!.

contact

foxyform

Rabu, 30 Agustus 2017

Fadilah Hari Arafah

 

KEUTAMAAN PUASA DI HARI ARAFAH 


Salah satu amalan utama di awal Dzulhijjah adalah puasa Arafah, pada tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa ini memiliki keutamaan yang semestinya tidak ditinggalkan seorang muslim pun. Puasa ini dilaksanakan bagi kaum muslimin yang tidak melaksanakan ibadah haji.


Salah satu amalan utama di awal Dzulhijjah adalah puasa Arafah, pada tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa ini memiliki  keutamaan yang semestinya tidak ditinggalkan seorang muslim pun. Puasa ini dilaksanakan bagi kaum muslimin yang tidak melaksanakan ibadah haji.
Dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)
Imam Nawawi dalam Al Majmu’ (6: 428) berkata, “Adapun hukum puasa Arafah menurut Imam Syafi’i dan ulama Syafi’iyah: disunnahkan puasa Arafah bagi yang tidak berwukuf di Arafah. Adapun orang yang sedang berhaji dan saat itu berada di Arafah, menurut Imam Syafi’ secara ringkas dan ini juga menurut ulama Syafi’iyah bahwa disunnahkan bagi mereka untuk tidak berpuasa karena adanya hadits dari Ummul Fadhl.”
Ibnu Muflih dalam Al Furu’ -yang merupakan kitab Hanabilah- (3: 108) mengatakan, “Disunnahkan melaksanakan puasa pada 10 hari pertama Dzulhijjah, lebih-lebih lagi puasa pada hari kesembilan, yaitu hari Arafah. Demikian disepakati oleh para ulama.”

Adapun orang yang berhaji tidak disunnahkan untuk melaksanakan puasa Arafah.
عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ بِنْتِ الْحَارِثِ أَنَّ نَاسًا تَمَارَوْا عِنْدَهَا يَوْمَ عَرَفَةَ فِي صَوْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ صَائِمٌ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَيْسَ بِصَائِمٍ فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِقَدَحِ لَبَنٍ وَهُوَ وَاقِفٌ عَلَى بَعِيرِهِ فَشَرِبَهُ
“Dari Ummul Fadhl binti Al Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mereka mengatakan, ‘Beliau berpuasa.’ Sebagian lainnya mengatakan, ‘Beliau tidak berpuasa.’ Maka Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau, ketika beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya.” (HR. Bukhari no. 1988 dan Muslim no. 1123).
عَنْ مَيْمُونَةَ – رضى الله عنها – أَنَّ النَّاسَ شَكُّوا فِى صِيَامِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – يَوْمَ عَرَفَةَ ، فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ 
بِحِلاَبٍ وَهْوَ وَاقِفٌ فِى الْمَوْقِفِ ، فَشَرِبَ مِنْهُ ، وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ

“Dari Maimunah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa orang-orang saling berdebat apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari Arafah. Lalu Maimunah mengirimkan pada beliau satu wadah (berisi susu) dan beliau dalam keadaan berdiri (wukuf), lantas beliau minum dan orang-orang pun menyaksikannya.” (HR. Bukhari no. 1989 dan Muslim no. 1124).
Mengenai pengampunan dosa dari puasa Arafah, para ulama berselisih pendapat. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah dosa kecil. Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Jika bukan dosa kecil yang diampuni, moga dosa besar yang diperingan. Jika tidak, moga ditinggikan derajat.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 51) Sedangkan jika melihat dari penjelasan Ibnu Taimiyah rahimahullah, bukan hanya dosa kecil yang diampuni, dosa besar bisa terampuni karena hadits di atas sifatnya umum. (Lihat Majmu’ Al Fatawa, 7: 498-500).

Setelah kita mengetahui hal ini, tinggal yang penting prakteknya. Juga jika risalah sederhana ini bisa disampaikan pada keluarga dan saudara kita yang lain, itu lebih baik. Biar kita dapat pahala, juga dapat pahala karena telah mengajak orang lain berbuat baik. “Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah (harta amat berharga di masa silam, pen).” (Muttafaqun ‘alaih). “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim).
Semoga Allah beri hidayah pada kita untuk terus beramal sholih.

Catatan: Puasa Arafah tahun ini (2017), jatuh pada hari Kamis, 31 Agustus 2017

5 Kesalahan Mendidik Perilaku Anak yang Bandel

DEAR PARENTS,HINDARI KESALAHAN MENDIDIK PERILAKU ANAK NAKAL 

Tak bisa dipungkiri,saat usia anak begitu dekat dengan predikat ‘nakal’ atau ‘tidak bisa dibilangin. Sikap anak yang terlalu aktif, tidak bisa diberi tahu, ekspresif dan selalu penasaran memang acapkali membuat sebagian orangtua merasa kerepotan dan kesal. Belum lagi, jika Si Kecil sudah berperilaku yang keterlaluan dan mempermalukan.

Memang harus diakui, kadar kenakalan seorang anak tergantung kapasitas masing-masing orangtua. Namun yang pasti, perbuatan anak di kelompok usia 10 tahun yang dikategorikan bandel ialah yang merugikan sekitarnya.

Sayangnya, masih banyak orangtua yang menganggap hukuman dengan melakukan kontak fisik seperti memukul atau berteriak kencang adalah cara yang tepat. Padahal tindakan tersebut justru keliru diterapkan.
Seperti yang dikemukakan dalam sebuah artikel yang dilansir oleh Goodhouse Keeping tentang 5 kesalahan mendidik perilaku anak yang bandel dalam mengubah sikap si buah hati.

“Kesalahan terumum yang dilakukan orangtua adalah merespon kebiasaan buruk anak, karena (bagi anak) perhatian negatif jauh lebih baik daripada tidak sama sekali,” tutur Ed Christophersen, PhD, psikolog anak dari Kansas.
Ketika anak uring-uringan di toko mainan, diam dan bersikaplah tenang tanpa memedulikannya. Kemungkinan besar dia akan menyadari bahwa taktiknya tidak berhasil dan anak akan kembali tenang.

Jangan marah ketika anak menggerutu karena suatu masalah. Sebagai gantinya, ajak anak untuk berpikir menyelesaikannya.

Robin H-C, pakar keluarga dan penulis Thinking Your Way Happy, mengatakan, bagaimana pun Anda melabeli anak, usahakan bahwa itu adalah sesuatu yang positif sehingga dia memiliki suatu tujuan. 

Tidak menjadi contoh yang baik

Anak-anak tumbuh melihat punggung orangtua. Oleh karena itu, hindari marah pada anak dan jadilah contoh untuk mengoreksi kebiasaan buruk anak.
“Jika anak Anda suka mengeluh dan mengomel, Anda harus menjadi contoh bagi mereka,” ucap Jayne Bellando, PhD, seorang psikolog anak dari Arkansas Children’s Hospital.

Tidak membiasakan diri mengakui perasaan anak ketika dia melakukan perbuatan nakal

“Ada alasan mengapa anak Anda uring-uringan,” ungkap Gary M. Unruh, penulis Unleashing the Power of Parental Love.
Mungkin ketika Anda kecil, kemarahan orangtua bisa membuat anak diam dan langsung berhenti. Namun, hal ini tidak bisa diterapkan pada anak Anda. Sebab, hal ini hanya mengajarkan mereka rasa takut dan bukan penjelasan dari kebiasaan buruk mereka.

Unruh mengatakan, ketika Anda menjelaskan pada anak bahwa apa yang mereka perbuat salah, anak akan mengerti dan merespon positif.
Oleh karena itu, Anda harus menunjuk pada perasaan yang membuat mereka melakukan hal tersebut dan memberi hukuman yang pantas dan adil.

kunjungi juga site kami di: www.pridehomeschooling.com

Tidak menerapkan peraturan yang konsisten

Anak-anak akan bersikap lebih baik bila mereka tahu hukuman yang menanti.
“Anda harus konsisten, buat ekspektasi mudah dipahami, dan hindari ikut marah,” ujar Bertie Bregman, MD, ketua pengobatan keluarga di New York Presbyterian Hospital.

Sumber Referensi:
http://nova.grid.id/Keluarga/Anak/5-Kesalahan-Mendidik-Perilaku-Anak-Yang-Bandel