Latihan multisensorik untuk membantu anak pengidap disleksia belajar baca tulis
Latihan multisensorik adalah cara mengajar yang melibatkan
lebih dari satu indra dalam satu waktu. Bagi anak-anak yang memiliki
kesulitan membaca, mungkin akan terasa sulit untuk memperhatikan semua
detail dalam kosakata baru, terutama jika kata tersebut memiliki ejaan
yang tidak biasa. Dengan penggunaan penglihatan, pendengaran, gerakan
dan sentuhan, teknik ini dapat sangat membantu proses belajarnya.
Berikut adalah beberapa dari banyak contoh latihan multisensory yang
bisa digunakan untuk membantu anak yang kesulitan membaca:
1. Ajarkan mendetail
Pertama,
ajarkan anak dengan menunjukkan satu kata, misalnya “beruang” dan
bacakan untuknya dengan suara yang jelas dan lantang. Kemudian, minta ia
untuk coba mengeja huruf pembentuk kata tersebut. Tanyakan huruf hidup
apa saja yang ia lihat, huruf apa yang ia lihat di awal, tengah, dan
akhir kata. Hal ini akan membantunya untuk menganalisis kosakata
tersebut dan memprosesnya dengan terinci.
2. Menggunakan pasir atau krim
Kegiatan
ini melibatkan indra penglihatan, sentuh, gerakan, dan suara untuk anak
bisa menghubungkan huruf dan suara. Mulai dengan menebarkan segenggam
pasir atau sesendok besar krim cukur (atau whipping cream) di atas
kertas atau meja.
Kemudian, minta si kecil untuk
membuat kata “beruang” menggunakan jari mereka di atas pasir atau krim
tersebut. Selagi mereka menulis, minta ia untuk mengeja bunyi setiap
huruf yang ia buat, dan coba untuk membaurkan setiap suara tersebut
bersama-sama untuk menyebutkan “beruang” dengan keras dan jelas.
3. Menulis di udara
Menulis
di udara akan memperkuat hubungan antar suara dan setiap huruf melalui
“memori otot”. Hal ini juga dapat membantu memperkuat anak untuk bisa
membedakan bentuk huruf yang membingungkan, misalnya “b” dan “d”.
Ajarkan anak menggunakan dua jari — telunjuk dan jari tengah — untuk
membuat huruf imajinasi di udara, sambil menjaga siku dan pergelangan
tangan tetap lurus. Setiap kali ia membuat satu huruf di udara, minta ia
untuk mengeja bunyi huruf tersebut dengan keras.
Aktivitas
ini juga akan membantu mereka untuk membayangkan bentuk huruf yang
mereka tulis. Anda mungkin bisa melakukan improvisasi dengan meminta si
kecil mengasosiasikan penulisan huruf dengan warna tertentu, misalnya
merah untuk “b”, kuning untuk “d”.
4. Menggunakan balok huruf
Menyusun
suatu kata dengan balok mainan warna-warni berbentuk huruf dapat
membantu anak untuk menghubungkan suara dengan huruf. Untuk meningkatkan
latihan si kecil, Anda bisa mengkategorikan warna yang berbeda untuk
kelompok huruf hidup dan huruf konsonan, merah dan biru, misalnya.
Selagi
mereka menyusun kata, minta mereka untuk mengeja bunyi huruf-huruf
tersebut, kemudian minta ia untuk mengatakan kata utuhnya dengan jelas
setelah ia selesai menyusun kata.
5. Baca, Susun, tulis
Dengan selembar kertas karton, buat tiga kolom: Baca, Susun, dan Tulis. Kemudian, sediakan spidol dan balok huruf warna-warni.
Tuliskan
kosakata yang ingin Anda latih di kolom Baca dan minta anak Anda untuk
melihat huruf-huruf pembentuk kata tersebut. Kemudian, si kecil akan
menyusun kata tersebut di kolom Susun menggunakan balok huruf. Terakhir,
minta ia untuk coba menuliskan kata tersebut di kolom Tulis sambil
membacakannya dengan lantang.
6. Ketukan jari
Menggunakan
ketukan jari saat mengeja huruf mengajarkan anak untuk merasa, meraba,
dan mendengar bagaimana huruf-huruf tertentu bisa membentuk satu kata,
beserta bunyi keseluruhannya.
Misalnya, kata “Budi”.
Minta anak untuk mengetukkan jari telunjuk ke ibu jarinya saat mereka
mengucapkan huruf “b”, ketukkan jari tengah dengan ibu jari saat
mengucapkan huruf “d”, jari manis dengan ibu jari saat mengucapkan “u”,
dan kelingking untuk huruf “i”.
7. Bantuan gambar
Untuk
beberapa anak, mengingat kata akan lebih mudah jika mereka
menghubungkannya dengan suatu gambar. Berikut salah satu cara untuk
menyiasatinya:
Tuliskan kata yang ingin dilatih pada
kedua sisi kertas, misalnya kata “dua”. Pada satu sisi, Anda bersama si
kecil bisa menggambar langsung pada kata tersebut (misalnya, menambahan
dua buah mata di atas huruf U untuk menggambar wajah tersenyum; atau
menggambar angsa yang melambangkan bentuk angka “2”). Menggunakan kata
berilustrasi ini, latih si kecil untuk mengasosiasikan kata tersebut
dengan gambar dan huruf-huruf pembentuknya — dua pasang mata untuk
mewakili kata “dua”. Ketika anak Anda mulai lancar untuk membaca dengan
cepat dan lebih mudah, alihkan latihan ke sisi lainnya dimana hanya ada
teks kata “dua”.
8. Buat dinding kosakata
Untuk
kata-kata yang sering terlihat atau dipakai dalam sebuah kalimat utuh,
misalnya “saya”, “di”, “ke”, “dari”, dan cetaklah kata-kata ini dalam
ukuran besar dan berwarna-warni, kemudian tempelkan dalam urutan
alfabetik di dinding kamar anak Anda.
Secara otomatis
bisa mengenali sejumlah kosakata dapat membantu anak lebih cepat
tanggap, menjadi pembaca yang lebih lancar. Paparan yang berulang adalah
kunci sukses untuk Anda berdua.
Dinding kosakata
memberikan anak paparan ekstra untu kosakata-kosakata penting ini.
Dinding khusus ini juga memberikan akses cepat terhadap kosakata
tertentu yang mungkin mereka butuhkan selama aktivitas membaca atau
menulis.
9. Membaca dan mendengarkan
Dalam
kegiatan ini, Anda dan anak akan terlibat bersama-sama dalam membaca.
Anda bisa membacakan cerita padanya sambil ia juga memperhatikan
kalimat-kalimat dalam buku tersebut. Mereka bisa berinterasi dengan
teks, menggarisbawahi kosakata penting atau membulatkan kosakata yang
panjang atau pendek.
Selama membaca bersama, anak Anda
juga bisa menulis ulang atau menggambar visualisasi yang bisa ia
hubungkan dengan kata tersebut untuk mencocokkan kalimat.
Ada
banyak alat dan strategi lainnya yang sama baiknya dalam membantu anak
Anda lebih lancar untuk menulis-membaca. Mungkin akan membutuhkan
beberapa percobaan kanan-kiri bagi Anda untuk mencari tahu mana
yang terbaik bagi anak Anda. Yang paling penting adalah usaha dan
dukungan yang konsisten dari orang-orang di sekitarnya untuk
meningkatkan rasa percaya diri anak untuk terus belajar.